Skip to main content
    • English
    • Bahasa Indonesia
Indocitra Indocitra Indocitra
  • Home
  • Profile
  • Business Info
  • Clients
  • Product
  • Certificate
  • FAQ
  • Blog
  • Contact

Ajak Masyarakat Cintai Kuliner Ikan Indonesia, Menteri Susi Luncurkan SeaLoveMi

  • Edit
  • Delete
  • Clone

JAKARTA (26/11) – Minggu (25/11), Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menghadiri peluncuran kampanye program pemerintah bertajuk ‘Seafood Lovers Millennials’ (SeaLoveMi) di tengah penyelenggaraan Car Free Day (CFD) di Plaza Timur, kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Hari Ikan Nasional (Harkannas) ke-5 yang jatuh pada tanggal 21 November 2018.

SeaLoveMi adalah sebuah komunitas pencinta kuliner ikan asli Indonesia yang digagas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) guna mendorong masyarakat Indonesia lebih gemar mengkonsumsi ikan. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mendongkrak konsumsi ikan melalui kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan).

Di samping untuk memperingati Hari Ikan Nasional, menurut Menteri Susi kegiatan ini juga merupakan bentuk apresiasi kepada masyarakat khususnya stakeholder perikanan.

“Hari Ikan Nasional ini kita peringati sebetulnya untuk: Satu, memberikan apresiasi kepada para pembudidaya, nelayan, perusahaan yang melakukan penangkapan ikan, budidaya ikan, dan lain sebagainya dari seluruh turunan jenis ikan, apakah itu air tawar atau air asin sama saja ya, semua ikan termasuk seafood. Yang telah membawa, menyiapkan, membesarkan ikan, produk makanan yang sangat sehat, sangat luar biasa gizinya, penuh dengan kolestrol yang sehat, penuh dengan protein-protein yang sehat yang dibutuhkan oleh badan kita, dan juga mengandung omega yang sangat penting untuk pertumbuhan otak kita,” tutur Menteri Susi.

 

Menteri Susi menginginkan agar angka konsumsi ikan masyarakat Indonesia dapat menyamai atau setidaknya mendekati Jepang yang mencapai angka 80 kg per kapita per tahun. Sebagaimana kita ketahui, angka konsumsi ikan nasional rata-rata Indonesia tahun lalu (2017) sudah mencapai 47,12 kg per kapita, dan tahun ini ditargetkan dapat mencapai 50 kg per kapita per tahun, sedangkan pada 2019 diharapkan mencapai 54,49 kg per kapita.

“Jadi kalu kita lihat orang Jepang pintar-pintar, jangan heran, karena mereka makan seafood-nya lebih banyak. Jika ingin pintar seperti mereka, ya kita harus makan seperti mereka. Uang yang dipakai untuk membeli daging merah kita ganti ke ikan. Ikan apa saja sama gizinya. Ada yang bilang, ‘Bu kalau lele kan tidak bergizi,’ siapa bilang? Lele sangat enak dan bergizi. Ikan tilapia (nila) juga enak. Saya sangat suka. Apalagi ikan hasil laut karena variasinya banyak sekali, mulai dari teri, tenggiri, kakap, ikan manyun, dan lain sebagainya,” terang Menteri Susi.

Tak kalah menarik, guna menjaring antusiasme masyarakat, dalam kegiatan tersebut Menteri Susi bersama Chef Marinka dan Chef Chandra juga melakukan demo memasak. Menteri Susi memasak menu andalannya yaitu Gulai Pindang Gunung. Gulai pindang gunung ala Menteri Susi ini kemudian dibagikan untuk dinikmati bersama para pengunjung.

 

Tak hanya imbauan untuk mengonsumsi ikan, dalam kegiatan tersebut tak lupa Menteri Susi mengingatkan masyarakat untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai. Ia mengimbau masyarakat untuk beralih dari kantong plastik ke tas ganepo atau tas kain, serta menghentikan penggunaan sedotan plastik.

“Saya mengimbau semua Bapak-bapak dan Ibu–ibu pulang dari sini berjanji, saya tidak akan lagi pakai plastik sekali pakai, mau tidak? Karena Indonesia ini menjadi penyumbang sampah terbesar nomor 2 di dunia ke laut. Tahun 2030 kalau kita tidak kurangi, sampah akan lebih banyak daripada ikan di laut kita. Mau kita makan sampah? Jadi kita dari diri kita. Beli tas ganepo, beli tas kain, stop pemakaian kresek dan sedotan,” pesannya.

Guna mengurangi sampah plastik yang sudah mencemari lingkungan, dalam kesempatan tersebut Menteri Susi juga memperkenalkan Ibu Istiqomah, seorang pengusaha kecil yang mengolah limbah sampah plastik (dari garmen) menjadi tas anyaman. Menurutnya, tindakan tersebut adalah salah satu upaya untuk mengurangi dampak sampah plastik terhadap lingkungan, dan mengolahnya menjadi barang yang bernilai guna.

Hingga November 2018, Pemerintah Tangani 134 Kasus Illegal Fishing

  • Edit
  • Delete
  • Clone

JAKARTA (22/11) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang juga menjabat sebagai Komandan Satuan Tugas Pemberantas Penangkapan Ikan Secara Ilegal (Satgas 115) menyampaikan sejumlah hasil kinerja Satgas 115 sejak pertengahan tahun 2017 hingga November 2018. Ia menyebut, Satgas 115 telah menangani 134 kasus illegal fishing, dimana 41 kasus telah mendapatkan keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

"Di mana dari hasil capaian kita sudah sangat baik. Dengan membuktikan penangkapan kapal ikan asing ini maka makin hari makin meningkat kinerjanya. Kita berharap tidak bertambah lagi (kapal illegal fishing), malah tidak ada lagi yang harus kita tangkap. Tapi rupanya begitu musim angin baik, musim ikan datang, masih ada yang mencoba beberapa kali," ungkap Menteri Susi dalam gelaran konferensi pers di Jakarta pada Kamis (22/11).

Selain itu, Satgas 115 juga menangkap setidaknya 633 kapal pelaku illegal fishing (oleh unsur Satgas 115, terhitung sejak Januari 2017 – Oktober 2018), baik yang berbendera asing maupun berbendera Indonesia dengan komposisi 366 kapal ikan berbendera Indonesia dan 267 kapal ikan
asing. "Sebanyak 488 kapal pelaku illegal fishing telah ditenggelamkan berdasarkan penetapan atau putusan pengadilan," tutur Menteri Susi.

 

Kemudian Satgas 115 juga melakukan operasi pembersihan rumpon ilegal dan menemukan 60 rumpon ilegal di Laut Seram. Dimana indikasi data satelit terakhir, total rumpon di perairan Indonesia ini sudah luar biasa banyak mencapai lebih dari 10 ribu. “Ini merupakan persoalan besar. Dengan rumpon ini, mereka mengumpulkan ikan-ikan untuk berkeliaran di wilayah ujung dari EEZ kita, sehingga mereka mencuri dekat dari perairan kita. Ini persoalan besar. Merusak ekologi, mengurangi menepinya ikan-ikan di batas perairan kita. Walaupun betul sekarang ikan sudah banyak. Tapi alangkah lebih bagus lagi kalau kita bisa mengangkat rumpon yang dipasang oleh asing," tambahnya.

Satgas 115 juga telah berhasil menangkap kapal STS-50 yang merupakan buronan internaisonal karena melakukan kejahatan perikanan di berbagai negara. Satgas 115 telah membentuk working group yang terdiri dari beberapa negara untuk menindaklanjuti temuan-temuan dari investigasi kapal FV. STS-50. Working group ini diinisiasi melalui Regional Investigative and Analytical Case Meeting (RIACM) yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 4 – 5 Juli 2018. "Kemudian kapal STS-50 juga telah selesai. Saat ini kita sedang menunggu permohonan untuk dikabulkan oleh Kementerian Keuangan. Dimana kapal STS 50 ini akan kita gunakan sebagai alat kampanye anti IUUF keliling di seluruh pelabuhan-pelabuhan Indonesia," tambahnya.

Satgas 115 juga telah menemukan modus operandi illegal fishing seperti penggunaan flag of convenience oleh beneficiary owner yang berada dalam negara lain, false claim bendera melalui pemalsuan dokumen certificate of registry, perekrutan ABK dari negara lain tanpa dokumen perizinan yang lengkap, hingga fraud landing (tidak mendeklarasikan/melaporkan jenis dan jumlah ikan dengan benar).

 

Adapun di sektor penerimaan pajak, pemerintah telah menerima pajak sektor perikanan tangkap sebesar Rp 232 miliar (dari Rp 850,1miliar pada tahun 2016 menjadi Rp1,082 milyar (satu triliun delapan puluh dua milyar) rupiah pada tahun 2017). Penerimaan pajak sektor perikanan tahun 2017 ini merupakan yang terbesar dalam 5 tahun terakhir. "Jadi kemarin itu laporannya banyak yang under value. Karena laporannya banyak yang under value, potensi pajaknya juga jadi rendah. Nah karena kemarin kita paksa, yasudah mereka perbaiki, walaupun saya lihat masih dengan sebelah mata. Perbaikannya juga cuma sedikit-sedikit. Tapi saya harap nanti tahun depan dikencengin lagi. Kalau mau diperpanjang (izin), ya mereka harus jujur lagi," tukas Menteri Susi.

Dalam hal kerjasama dan advokasi internasional, Satgas 115 juga telah mengkampanyekan pengakuan kejahatan perikanan lintas negara yang terorganisir di berbagai forum internasional, seperti The 3rd International Symposium on Fisheries Crime di Wina, Austria; The United Nations Ocean Conference di New York, Amerika Serikat; The United Nations Forum on Business and Human Rights di Jenewa, Swiss; peluncuran International Day for the Fight Against IUU Fishing di markas besar FAO di Roma, Italia; dan pertemuan High-Level Panel for A Sustainable Ocean Economy di Oslo, Norwegia. Satgas 115 juga bekerjasama dengan INTERPOL dan negara-negara lain secara bilateral dan multilateral untuk meningkatkan kemampuan pendeteksian dan penanganan kasus, seperti kasus FV. Viking, FV. Hua Li 8, dan STS-50.

Satgas 115 merupakan salah satu contoh penegakan hukum satu atap yang memudahkan kelancaran koordinasi antar lembaga pemerintah terutama lembaga penegak hukum. Pola penegakan hukum satu atap ini memudahkan penerapan multi-rezim hukum. Ke depan, diharapkan Satgas 115 dapat mempertahankan capaian yang telah ada dan menuntaskan pekerjaan yang belum selesai sesuai dengan arahan Presiden Jokowi dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Kampanyekan Gemarikan, Makan Ikan Bersama 12.110 Santri Ponpes Nurul Jadid Raih Rekor Muri

  • Edit
  • Delete
  • Clone

PROBOLINGGO (2/11) – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menghadiri gelaran acara Makan Ikan Bersama Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, Jawa Timur, pada Jumat (2/11). Acara makan ikan yang diikuti oleh 12.110 santri ini berhasil tercatat di Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) dengan kategori makan ikan oleh santri terbanyak.

Rekor ini mengalahkan rekor makan ikan makarel oleh santri terbanyak sebelumnya yang dilaksanakan di Pesantren Tebuireng, Jombang pada 18 November 2016 lalu. Kala itu, rekor dipecahkan dengan peserta sejumlah 8.800 santri.

Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mendorong program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) demi menciptakan generasi bangsa yang sehat dan cerdas. Dalam kegiatan ini turut hadir Wakil Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko dan Pemimpin Redaksi Kumparan Arifin Asydhad.

 

Dalam kesempatan tersebut, KKP juga menyerahkan bantuan 4,5 ton ikan bagi Pondok Pesantren Nurul Jadid. Tak kalah menarik, Menteri Susi juga ikut makan ikan bersama para santri.

Menteri Susi mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan positif yang perlu diapresiasi. Menurutnya, kegiatan ini merupakan salah satu upaya KKP untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia utamanya santri yang selama ini terbilang cukup rendah.

“Saya pikir ini kegiatan yang cukup baik, karena sudah dua tahun ini kita keliling. Jadi setiap pesantren kita kirim ikan, dan kita kampenyakan gemar makan ikan. KKP juga menjalankan program untuk membantu meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Ya pasti satu dua kali tidak akan cukup. Maka dari itu, kita akan terus keliling. Besok akan ada lagi, sampai hari minggu, kita laksanakan 3 hari roadshow, makan ikan bersama para santri,” terangnya.

 

Menteri Susi berharap, bangsa Indonesia semakin gemar makan ikan. Menurutnya, ikan mengandung banyak Omega 3 yang sangat penting bagi kecerdasan manusia.

“Jawa Timur dan Jawa Tengah tingkat makan ikan rata-rata per kapita per tahun sangat rendah karena kebanyakan orang Jawa tidak suka ikan, amis katanya. Dan kita mau merubah itu,” tutur Menteri Susi.

“Tugas kita dalam hal ini adalah mengkampanyekan gemar makan ikan, karena pemerintah Indonesia ingin membangun manusia-manusia yang sehat. Nah, manusia itu bisa sehat jika asupan proteinnya cukup. Hanya saja persoalannya di Jawa Timur dan Jawa Tengah itu tingkat konsumsi ikannya paling rendah di Indonesia,” lanjut Menteri Susi.

 

Tak lupa pada kesempatan tersebut Menteri Susi berpesan pada generasi muda bangsa agar mendukung visi dan misi pemerintah untuk menjadikan laut masa depan bangsa dan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Menurutnya, 70 persen wilayah negara Indonesia merupakan laut, oleh karenanya generasi muda harus mencintai laut. Salah satunya yaitu dengan menjaga laut dari kapal asing pencuri ikan. Begitu pula menjaga keberlanjutan sumber daya laut dengan mencegah eksploitasi berlebihan, penangkapan dengan cara yang merusak seperti menggunakan bom atau jaring yang tidak ramah lingkungan.

“Kalau tambang diambil habis, hutan jika malas menanam lagi habis, sedangkan ikan akan terus ada jika kita menjaganya dari semua hal yang merusak lautan kita. Jadi adik-adik santri mulai sekarang harus mencintai dan mempelajari tentang laut,” pungkasnya.

  • Recent Posts
  • Popular Posts
  • Alt
    Ajak Masyarakat Ci...
    Fri Dec 2018
  • Alt
    Hingga November 20...
    Fri Dec 2018
  • Alt
    Kampanyekan Gemari...
    Fri Dec 2018
  • Alt
    Kampanyekan Gemari...
    Fri Dec 2018
  • Alt
    Hingga November 20...
    Fri Dec 2018
  • Alt
    Ajak Masyarakat Ci...
    Fri Dec 2018

Blogs

  • Ajak Masyarakat Cintai Kuliner Ikan...
  • Hingga November 2018, Pemerintah Ta...
  • Kampanyekan Gemarikan, Makan Ikan B...

PT Indocitra Jaya Samudera

PT Indocitra Jaya Samudera was established in 1998 aiming to provide good quality canned sardines and mackerel at a competitive level. It is still our motto until today and will be so for a long future.

Alt

Copyright © 2018 PT. Indocitra Jaya Samudera  All rights reserved - website developed by Visigraphic